Rabu

teriak sahabat

Teriakan itu terasa nyaring menikam kalbu. Miriskan kegagalan dari seorang pemimpi. Nyaringnya memaksanya kerap merasa hilang dari diri sendiri. Seolah jasadnya melayang keluar dari tubuhnya. Retas-retas gelisah hadir kala memandangi tiap jengkal tubuhnya mulai dari kaki hingga ujung rambut.

Kerap, takut juga menghampirinya bahkan kadang matanya sembab tertangis, betapa selama ini dia tidak mampu membelai tiap helai rambutnya mengelus wajahnya dan memanjakan tiap bulir-bulir keringat yang mengkristal bak embun di batu cadas.

Laiknya sebatang pohon meranggas diselimuti angin meski hujan menikmati masanya, seperti tunas-tunas bunga merekah menggeliat takkala setetes air melepas dahaga panjangnya. Sangat panjang hingga ia tak lagi lupa kehadiran binatang-binatang saat menyambangi pesanggarahannya.

Sebut saja dia ada diantara mereka meski hanya diantara kelamnya bayang-bayang yang bungkam menatapnya. Teriakkannya tidak lagi kuasa memberinya arti saat gelisah begitu buas silih berganti melumat makna yang dia hadirkan.

Kala waktu dia berlari namun ruang enggan menerimanya meski sekedar melepas penat, ingin menikmati lembutnya desah lirih sang bayu untuk melelehkan kerontang nestapa yang merasuki pori-porinya. Dilain waktu dia terpaku menatap pijar mataharinya merasakan tiap tikaman bias cahyanya.

Tak tersangkal, dia memiliki sahabat! Seorang sahabat yang tidak memiliki rumah namun rumahnya ada dimana-mana. Seorang sahabat yang menjadikan perjalanan hidup ini tempatnya berteduh.

Tertatih ia tersungkur. Perlahan dia sadar, untuk kesekian ia kembali ditampar sekelumit cerita sahabatnya. Kisah persahabatan yang baru saja terangkai. Namun ia telah kehilangan sahabatnya itu.

Asa yang terpatri dalam kelam sanubarinya membawanya pada ke-akuan 'aku ada di antara mereka'. Kelak dia berharap bisa mempersembahkan hadiah untuk dirinya sendiri. Bukan rasa bangga melainkan sebuah impian tempat meneduhkan jiwanya.

Nyaring teriakan itu yakinkan sahabatnya bahwa disana sahabatnya telah menungu untuk ditemukan.. dan ternyata, dia ada dimana-mana tapi tidak kemana-mana.

Jumat

kata petualang

ada tiga saat terindah

mungkin empat, jika yang terakhir itu tepat

saat elang menggaris langit

saat ular merayap di bebatuan cadas

saat kapal berlayar di lautan

dan,

saat engkau ada di sampingku ...

nevy jt

tapal batas

tapal batas
pengelana rimba kalbu
free web counter

Komentar

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x